Minggu, 06 Mei 2018

BAB II Betapa Otentiknya Kitab-ku

BAB II
BETAPA OTENTIKNYA KITAB-KU

1.      Al-Qur’an Merupakan Mu’jizat
Secara etimologi kata Mu’jizat berbentuk isim fw’il yang berasal dari kata:
اَعْجَزَ – يُعْجِزُ – اِعْجَازً – مُعْجِزٌ / مُعْجِزَةٌ           
yang berarti melemahkan atau mengalahkan lawan. Mu’jizat juga diartikan sebagai sesuatu yang menyalahi tradisi atau kebiasaan (sesuatu yang luar biasa).
Secara terminologi, Manna’ Qahhan mendefinisikan mukjizat sebagai berikut:
اَلْمُعْجِزَةُ هِيَ اَمْرٌ خَارِقٌ لِلْعَـادَةِ مَقْرُوْنٌ بِالتَّحَدِّى سَالِمٌ عَنِ الْمُعَارَضَةِ
Mu’jizat adalah sesuatu yang menyalahi kebiasaan disertai dengan tantangan dan selamat dari perlawanan.
 Mu’jizat hanya diberikan oleh Allah Swt. kepada para Nabi dan Rasul-Nya dalam menyampaikan risalah Ilahi terutama untuk menghadapi umatnya yang menolak atau tidak mengakui kerasulan mereka. Mu’jizat berfungsi sebagai bukti atas kebenaran pengakuan kenabian dan kerasulan mereka, bahwa mereka adalah benar-benar para nabi dan rasul (utusan) Allah yang membawa risalah kebenaran dari Allah Swt. Adapun tujuan diberikannya mu’jizat adalah agar para Nabi dan Rasul mampu melemahkan dan mengalahkan orang-orang kafir yang menentang dan tidak mengakui atas kebenaran kenabian dan kerasulan mereka.
Secara umum mu’jizat para Nabi dan Rasul itu berkaitan dengan masalah yang dianggap mempunyai nilai tinggi dan diakui sebagai suatu keunggulan oleh masing-masing umatnya pada masa itu. Misalnya, zaman Nabi Musa as. adalah zaman keunggulan tukang-tukang sihir, maka mu’jizat utamanya adalah untuk mengalahkan tukang-tukang sihir tersebut. Zaman Nabi Isa as. adalah zaman kemajuan ilmu kedokteran, maka mu’jizat utamanya adalah mampu menyembuhkan penyakit yang tidak dapat disembuhkan pengobatan biasa, yaitu menyembuhkan orang yang buta sejak dalam kandungan dan orang yang berpenyakit sopak atau kusta, serta menghidupkan orang yang sudah mati. Dan zaman Nabi Muhammad Saw. adalah zaman keemasan kesusastraan Arab, maka mu’jizat utamanya adalah Al-Qur’an, kitab suci yang ayat-ayatnya mengandung nilai sastra yang amat tinggi, sehingga tidak ada seorang manusiapun dapat membuat serupa dengan Al-Qur’an.
2.      Syarat-syarat Mu’jizat
Suatu kejadian atau peristiwa dikatakan sebagai mu’jizat apabila memenuhi syarat-syarat berikut:
a.   Mu’jizat adalah sesuatu yang tidak sanggup dilakukan oleh siapapun selain Allah Swt.
b.  Mu’jizat adalah sesuatu yang menyalahi kebiasaan atau tidak sesuai dengan kebiasaan dan berlawanan dengan hukum alam.
c.    Mu’jizat harus berupa hal yang dijadikan saksi oleh seseorang yang mengaku membawa risalah Ilahi sebagai bukti atas kebenaran pengakuannya.
d.    Mu’jizat terjadi bertepatan dengan pengakuan Nabi yang mengajak bertanding menggunakan mu’jizat tersebut.
e.    Tidak ada seorang manusiapun, bahkan jin sekalipun yang dapat membuktikan dan membandingkan dalam pertandingan tersebut.
Kelima syarat tersebut di atas bila terpenuhi, maka suatu hal yang timbul di luar kebiasaan adalah merupakan mu’jizat yang menyatakan atas kenabian atau kerasulan orang yang mengemukakannya dan mu’jizat akan muncul dari tangannya.
3.      Macam-macam Mu’jizat
Mu’jizat dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu :
a.       Mu’jizat oissi, ialah mu’jizat yang dapat dilihat oleh mata, didengar oleh telinga, dicium oleh hidung, diraba oleh tangan, dan atau dirasa oleh lidah, tegasnya dapat dicapai dan ditangkap oleh pancaindera. Mu’jizat ini sengaja ditunjukkan atau diperlihatkan manusia biasa, yakni mereka yang tidak biasa menggunakan kecerdasan akal fikirannya, yang tidak cakap padangan mata hatinya dan yang rendah budi dan perasaanya. Karena bisa dicapai dengan panca indera, maka mu’jizat ini bisa juga disebut mu’jizat inderawi.
Mu’jizat pissi ini dibatasi oleh ruang dan waktu, artinya hanya diperlihatkan kepada umat tertentu dan di masa tertentu.
b.      Mu’jizat ma’nawi ialah mu’jizat yang tidak mungkin dapat dicapai dengan kekuatan panca indera, tetapi harus dicapai dengan kekuatan “’aqli” atau dengan kecerdasan pikiran. Karena orang tidak akan mungkin mengenal mu’jizat ma’nawi ini melainkan orang yang berpikir sehat, cerdas, bermata hati, berbudi luhur dan yang suka mempergunakan kecerdasan fikirannya dengan jernih serta jujur. Karena harus menggunakan akal fikiran untuk mencapainya, maka bisa disebut juga mu’jizat ‘aqli atau mu’jizat rasional.
Berbeda dengan mu’jizat pissi, mu’jizat ma’nawi bersifat universal dan eternal (abadi), yakni berlaku untuk semua umat manusia sampai akhir zaman.
4.      Pengertian I’jazul Qur’an
Jika kata mu’jizat dilekatkan dengan kitab suci Al-Qur’an, ia bisa memiliki dua konotasi. Pertama, lemahnya manusia untuk merumuskan suatu ungkapan atau kalimat yang dapat menandingi ayat-ayat Al-Qur’an, baik secara individual maupun secara kolektif. Kedua, ia mempunyai sifat menantang manusia dan jin untuk membuat semacam Al-Qur’an, sampai munculnya kesadaran mereka untuk mengakui kelemahan diri sendiri ketika berhadapan dengan ayat-ayat Al-Qur’an.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud i’jazul Qur’an adalah menetapkan kelemahan manusia dan jin baik secara individual maupun kolektif untuk mendatangkan semisal Al-Qur’an.
Mu’jizat Al-Qur’an bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran pada manusia bahwa Al-Qur’an adalah wahyu Allah Swt. dan sekaligus merupakan bukti kerasulan Muhammad Saw.
Dalam hal ini Imam al-Suyuti, sebagaimana dikutip oleh Dr. Syahrin Harahap, MA., mengungkapkan bahwa :
“Adanya i’jaz Al-Qur’an itu ada kaitannya dengan persepsi yang salah dari pihak orang Arab terhadapnya. Sehingga Al-Qur’an memberi jawaban terhadap persepsi mereka yang keliru itu, dengan cara nenawarkan agar mereka menunjukkan kekuatan argumentasi dan kebenarannya. Akan tetapi orang Arab sama sekali tidak dapat membuktikan kebenaran mereka, sementara Al-Qur’an secara meyakinkan menunjukkan kebenarannya. Di sinilah letak i’jaz (kemu’jizatan) Al-Qur’an itu.”
5.      Aspek-aspek Kemu’jizatan Al-Qur’an
I’jaz Al-Qur’an sesungguhnya terdapat dalam dirinya sendiri. Tegasnya kemu’jizatan Al-Qur’an ada dalam kandungannya, bukan di luarnya. Jadi, kitab suci ini tidak membutuhkan keterangan lain di luar dirinya untuk membuktikan bahwa ia adalah mu’jizat terbesar Nabi Muhammad Saw.
Secara garis besar ada dua aspek kemu’jizatan Al-Qur’an yaitu:
a.       Gaya Bahasa (Uslub)
Al-Qur’an mempunyai gaya bahasa yang khas yang tidak dapat ditiru para sastrawan Arab sekalipun, karena susunan yang indah yang berlainan dengan setiap susunan dalam bahasa Arab. Mereka melihat Al-Qur’an memakai bahasa dan lafaz mereka, tetapi ia bukan puisi, prosa atau syair dan mereka tidak mampu membuat seperti itu (meniru Al-Qur’an). Mereka tidak pernah mampu untuk menandinginya dan putus asa lalu merenungkannya, kemudian merasa kagum dan menerimanya, lalu sebagian masuk Islam. Contoh dalam sejarah diterangkan bahwa Umar bin Khattab ra. menyatakan diri masuk Islam setelah mendengar ayat-ayat pertama surat Thwha, dan masih banyak contoh lainnya. Inilah bukti kemu’jizatan Al-Qur’an dari segi bahasanya.
Uslub Al-Qur’an sangatlah indah. Keindahan uslub Al-Qur’an benar-benar telah membuat orang-orang Arab dan atau luar Arab kagum dan terpesona. Di dalam Al-Qur’an terkandung nilai-nilai istimewa di mana tidak akan terdapat dalam ucapan manusia menyamai isi yang terkandung di dalamnya.
Al-Qur’an dalam uslubnya yang menakjubkan mempunyai beberapa keistimewaan-keistimewaan, di antaranya :
1)      Kelembutan Al-Qur’an secara lafziah yang terdapat dalam susunan suara dan keindahan bahasanya.
2)      Keserasian Al-Qur’an baik untuk awam maupun kaum cendekiawan, dalam arti bahwa semua orang dapat merasakan keagungan dan keindahan Al-Qur’an
3)      Sesuai dengan akal dan perasaan, di mana Al-Qur’an memberikan doktrin pada akal dan hati, serta merangkum kebenaran dan keindahan sekaligus
4)      Keindahan dalam kalimat serta beraneka ragam bentuknya, yaitu satu makna diungkapkan dalam beberapa lafaz dan susunan yang bermacam-macam yang semuanya indah dan halus
5)      Al-Qur’an mencakup dan memenuhi persyaratan antara bentuk global (ijmal) dan bentuk yang terperinci (tafsil)
6)      Dapat dimengerti sekaligus dengan melihat segi yang tersurat (yang dikemukakan)  
  Disamping itu, hal lain yang dapat dicatat dari kemu’jizatan Al-Qur’an dari aspek bahasa adalah ketelitian, kerapihan dan keseimbangan kata-kata yang digunakannya. Hal itu dapat dilihat pada bukti-bukti sebagai berikut:
1)      Ketelitian dalam pengungkapan kata-kata
Suatu surat yang diawali dengan huruf-huruf tertentu, di dalamnya selalu terdapat bahwa huruf-huruf itu, dalam jumlah rata-rata, lebih banyak dan berulang jika dibandingkan dengan huruf-huruf lainnya. Misalnya :
a) Dalam surat Qaf, dapat ditemukan huruf qaf (ق) berulang-ulang dalam jumlah rata-rata lebih banyak dari jumlah huruf lainnya. Jumlah rata-rata huruf qaf (ق) yang terbanyak di dalam surat Qaf itu ternyata juga merupakan jumlah huruf qaf (ق) yang terbanyak pula dibandingkan dengan jumlah huruf qaf  (ق) yang terdapat di dalam surah-surah lainnya dalam Al-Qur’an.
b)   Demikian pula dengan huruf alif (ا), lam (ل) dan mim (م) yang mengawali surah al-Baqarah. Jumlah masing-masing huruf tersebut ternyata lebih banyak daripada huruf-huruf yang lain. Hal ini dapat dilihat sebagai berikut :
-      Huruf alif  ( ا ) berulang sebanyak  4.592 kali
-      Huruf lam  ( ل ) berulang sebanyak 3.204 kali
-      Huruf mim ( م ) berulang sebanyak 2.195 kali
c)    Demikian halnya huruf alif (ا), lam (ل) dan mim  (م) yang mengawali surah Ali ‘imrwn:
-   Huruf alif ( ا ) berulang sebanyak  2.578 kali
-   Huruf lam ( ل ) berulang sebanyak 1.885 kali
-   Huruf mim ( م ) berulang sebanyak 1.251 kali
d)   Demikian halnya huruf alif (ا), lam (ل) dan mim  (م) yang mengawali surah al-‘Ankabut :
-   Huruf alif  ( ا ) berulang sebanyak   784 kali
-   Huruf lam  ( ل ) berulang sebanyak  554 kali
-   Huruf mim ( م ) berulang sebanyak  344 kali
Dan masih banyak bukti lainnya dalam surah-surah yang lain di dalam Al-Qur’an.
2)      Keseimbangan penggunaan kata-kata
Dalam Al-Qur’an terlihat pula keseimbangan kata-kata yang digunakan  secara simetris, misalnya  :
a)   Kata اَلْحَيَاةُ  berjumlah 145 kali, sama dengan kata اَلْمَوْتُ  yang berjumlah 145 kali
b)   Kata اَلدُّنْيَا berjumlah 115 kali, sama dengan kata  اَلأَخِرَةُ yang berjumlah 115 kali
c)   Kata مَلاَئِكَةٌ berjumlah 88 kali, sama dengan kata شَيْطَانٌ yang berjumlah 88 kali
d)   Kata نَصَائِبُ berjumlah 75 kali, sama dengan kata شُكُوْرٌ yang berjumlah 75 kali
e)   Kata  زَكَاةٌ berjumlah 32 kali, sama dengan kata بَرَكَةٌ  yang berjumlah 32 kali

3)      Misteri angka 19
Pada sisi lain dapat dilihat pula kerapihan penyusunan kata-kata itu pada angka 19, yakni jumlah huruf yang terdapat pada kalimat basmalah. Kalimatبِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ  terdiri dari 19 huruf dan setiap katanya terulang 19 kali dalam surah-surah Al-Qur’an, atau beberapa kali kelipatan angka 19, dengan penjelasan sebagai berikut:
a)    Kata اِسْم  berulang 19 kali di dalam Al-Qur’an
b) Kata اللهِ berulang 2698 kali, itu berarti = 19 x 142
c)  Kata الرَّحْمَنِ berulang 57 kali, itu berarti =  19 x 3
d) Kata الرَّحِيْمِ berulang 144 kali, itu berarti = 19 x 6
Disamping itu semua huruf terpisah yang mengawali surah-surah (fawatihus-suwar) berulang dalam hasil jumlah kali lipat angka 19. Perhatikan contoh-contoh berikut ini :
a) Huruf qaf ( ق )dalam surah Qaf berulang 57 kali, berarti = 19 x 3
b)    Huruf kaf ( ك ), ha’ ( ه ), ya’ ( ي ), ‘ain ( ع ), dan shad (ص)yang mengawali surah Maryam, berulang sebanyak 789 kali, berarti = 19 x 42
c)    Huruf nun ( ن ) dalam surah al-Qalam berulang sebanyak 133 kali, berarti = 19 x 7
d)   Huruf ya ( ي ) dan sin ( س ) yang mengawali surah yasin, dalam surah tersebut berulang sebanyak 285 kali, berarti = 19 x 15, dan sebagainya.
Ini membuktikan bahwa sedemikian rapi, teliti dan seimbangnya huruf dan kata yang digunakan dalam Al-Qur’an.
  1. Isi Kandungannya
Dilihat dari isi kandungannya, kemu’jizatan Al-Qur’an dapat dilihat dari beberapa hal, yaitu :
1)   Al-Qur’an mengungkapkan berita-berita yang bersifat gaib.
Hal-hal yang bersifat ghaib yang diungkap dalam Al-Qur’an dapat dipilah menjadi 2 (dua) yaitu :
Pertama, berita menyangkut masa lalu. Sebagai contohnya: kisah Nabi Adam as., Nabi Nuh as., Nabi Ibrahim as. dan Nabi Ismail as, Nabi Musa as. dan kisah lain di masa lalu. Salah satu contoh lainnya sebagaimana diungkapkan dalam QS. Yynus [10]: 92
Maka pada hari ini Kami selamatkan jasadmu agar engkau dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang setelahmu, tetapi kebanyakan manusia tidak mengindahkan tanda-tanda (kekuasaan) Kami.”. (QS. Yynus [10] : 92)

Ayat tersebut menceritakan tentang Fir'aun yang diawetkan dengan cara dibalsem, sehingga utuh sampai sekarang. Hal itu bersifat ghaib, karena tidak ada orang yang mengenalnya. Akan tetapi berita Al-Qur’an itu ternyata terbukti kebenarannya kemudian.
Kedua, berita tentang peristiwa-peristiwa yang akan terjadi baik di dunia maupun di akhirat, misalnya: 
“Alif Lām Mim. Bangsa Romawi telah dikalahkan, di negeri yang terdekat dan mereka setelah kekalahannya itu akan menang.” (QS. ar- Ar-Rūm [30]: 1-3)
Ayat tersebut menceritakan tentang kemenangan bangsa Romawi atas bangsa Persia. Padahal ketika ayat ini diturunkan, belum terjadi peperangan yang dimaksudkan ayat tersebut. Akan tetapi kebenaran berita itu terbukti sembilan tahun kemudian.
Berita ghaib menyangkut masa yang akan terjadi lainnya, misalnya berita tentang kemenangan umat Islam dalam perang Badar dijelaskan dalam QS. Al-Qamar [54]: 45, peristiwa Fathu Makkah dijelaskan dalam QS. Al-Fath [48]: 27, dan sebagainya.
2)   I’jazul ‘ilmi, yakni kemu’jizatan ilmu pengetahuan. Al-Qur’an mengungkapkan isyarat-isyarat rumit terhadap ilmu pengetahuan sebelum pengetahuan itu sendiri sanggup menemukannya. Kemudian terbukti bahwa Al-Qur’an sama sekali tidak bertentangan dengan penemuan-penemuan baru yang didasarkan pada penelitian ilmiah.
Hal ini seperti difirmankan Allah Swt.:
Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kebesaran) Kami di segenap penjuru dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur'an itu adalah benar. Tidak cukupkah (bagi kamu) bahwa Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu? (QS. Fussilat [41]:53)
Banyak ayat Al-Qur’an yang mengungkapkan isyarat tentang ilmu pengetahuan, seperti: terjadinya perkawinan dalam tiap-tiap benda, perbedaan sidik jari manusia, berkurangnya oksigen di angkasa, khasiat madu, asal kejadian alam semesta, penyerbukan dengan angin, dan masih banyak lagi isyarat-isyarat ilmu pengetahuan yang bersifat potensial, yang kemudian berkembang menjadi ilmu pengetahuan modern.
Salah satu isyarat ilmu pengetahuan tersebut adalah mengenai perbedaan sidik jari manusia, firman Allah:

3.  Apakah manusia mengira bahwa Kami tidak akan mengumpulkan (kembali) tulang belulangnya?
4. (Bahkan) Kami mampu menyusun (kembali) jari jemarinya dengan sempurna. (QS. Al-Qiywmah [75] : 3-4)

3)   Al-Qur’an memberikan aturan hukum atau undang-undang yang bersifat universal, mencakup segala urusan hidup dan kehidupan manusia.
Secara lebih rinci, Prof. Dr. H. Said Husin al-Munawar, MA. memberikan rumusan mengenai aspek-aspek kemu’jizatan Al-Qur’an sebagai berikut :
a.       Susunan bahasa yang sangat indah, berbeda dengan setiap susunan bahasa yang ada dalam bahasa orang-orang Arab
b.      Adanya uslub yang luar biasa,  berbeda dengan semua uslub-uslub bahasa Arab
c.       Sifat agung yang tidak mungkin lagi seorang makhluk untuk mendatangkan hal yang seperti Al-Qur’an
d.      Bentuk undang-undang yang detail dan sempurna yang melebihi setiap undang-undang buatan manusia
e.       Mengabarkan hal-hal ghaib yang tidak bisa diketahui kecuali dengan wahyu
f.       Tidak bertentangan dengan pengetahuan-pengetahuan umum yang dipastikan kebenarannya
g.      Menepati janji dan ancaman yang telah dikabarkan di dalamnya
h.      Memenuhi segala kebutuhan manusia
i.        Berpengaruh kepada hati pengikut dan musuh (orang yang menentangnya)
6.      Perbedaan Bentuk Mu’jizat Nabi Muhammad SAW. dengan Mu’jizat Nabi-Nabi Terdahulu
Dilihat dari aspek kemu’jizatannya, Al-Qur’an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. merupakan mu’jizat ma’nawi, dimana untuk memahami dan mencapai kemu’jizatan Al-Qur’an harus dengan menggunakan akal fikiran yang rasional dan kecerdasan hati. Al-Qur’an adalah merupakan satu-satunya mu’jizat ma’nawi yang hanya diberikan kepada Nabi Muhammad Saw. yang tidak dimiliki oleh para Nabi dan Rasul sebelum beliau. Al-Qur’an adalah mu’jizat yang terbesar bagi Nabi Muhammad Saw. yang berlaku kekal sampai akhir zaman kelak.
Di samping mu’jizat Al-Qur’an yang bersifat ma’nawi, sebenarnya Nabi Muhammad Saw. juga diberi mu’jizat pissi. Misalnya: jari-jari beliau bisa mengeluarkan air pada saat sahabat-sahabat beliau kehausan, beliau bisa membelah bulan menjadi dua hanya dengan menggunakan jari yang ditunjukkan ke bulan untuk memenuhi tantangan orang kafir, dan masih ada beberapa mu’jizat pissi lainnya yang diberikan Allah Swt. kepada beliau Saw.
Berbeda halnya dengan Nabi Muhammad Saw. yang mendapat mu’jizat pissi dan ma’nawi, para Nabi dan Rasul sebelum beliau umumnya mendapat mu’jizat pissi saja. Di dalam Al-Qur’an banyak digambarkan mengenai mu’jizat-mu’jizat yang diberikan kepada para Nabi dan Rasul terdahulu tersebut. Di antaranya adalah :
a.  Mu’jizat Nabi Nuh as. berupa kemampuan untuk membuat kapal yang sangat besar untuk menampung dan menyelamatkan  kaum yang beriman dari banjir besar, padahal saat itu sama sekali belum dikenal cara pembuatan kapal. Allah Swt. berfirman:
37. Dan buatlah kapal itu dengan pengawasan dan petunjuk wahyu Kami, dan janganlah engkau bicarakan dengan Aku tentang orang-orang yang zalim. Sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan.
38. Dan mulailah dia (Nuh) membuat kapal. Setiap kali pemimpin kaumnya berjalan melewatinya, mereka mengejeknya. Dia (Nuh) berkata, Jika kamu mengejek kami, maka kami (pun) akan mengejekmu sebagaimana kamu mengejek (kami). (QS. Hyd [11]: 37-38)

b.  Mu’jizat Nabi Ibrahim as. berupa keistimewaan tidak hangus dibakar dalam api oleh raja Namruk. Hal ini digambarkan dalam QS. al-Anbiyw’[21]: 68-69 sebagai berikut:
68. Mereka berkata, ”Bakarlah dia dan bantulah tuhan-tuhan kamu, jika kamu benar-benar hendak berbuat.”
69. Kami (Allah) berfirman, Wahai api! Jadilah kamu dingin, dan penyelamat bagi Ibrahim!” (QS. al-Anbiyw’[21]: 68-69)        

c. Mu’jizat Nabi Musa as. yaitu berupa tongkat yang dapat berubah menjadi ular besar untuk mengalahkan tukang-tukang sihir Fir’aun yang menyihir tali menjadi ular-ular kecil. Di samping itu tongkat beliau tersebut juga bisa menimbulkan 12 sumber mata air yang memancar ketika dipukulkan kepada sebuah batu pada saat beliau memohon air minum untuk kaumnya sebanyak 12 suku. Sebagaimana digambarkan dalam QS. al-A’rwf [7]: 107 dan QS. al-Baqarah [2]: 60
Lalu (Musa) melemparkan tongkatnya, tiba-tiba tongkat itu menjadi ular besar yang sebenarnya.(QS. al-A’rwf [7]: 107)
d.   Mu’jizat Nabi Dawud as. berupa kemampuan untuk melunakkan besi dengan tangan beliau, sehingga bisa dibentuk sedemikian rupa menjadi baju besi dan senjata untuk dapat mengalahkan raja Jalut. Hal ini dijelaskan dalam QS. Sabw’ [34]:10-11.
10. Dan sungguh, Telah Kami berikan kepada Dawud karunia dari Kami. (Kami berfirman), ”Wahai gunung-gunung dan burung-burung! Bertasbihlah berulang-ulang bersama Dawud,” dan Kami telah melunakkan besi untuknya,
11. (yaitu) buatlah baju besi yang besar-besar dan ukurlah anyamannya; dan kerjakanlah kebajikan. Sungguh, Aku Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (QS. Sabw’[34]:10-11)

e.   Mu’jizat Nabi Sulaiman as. berupa kemampuan untuk mendengar dan memahami bahasa binatang, seperti burung hud-hud dan semut. Sebagaimana digambarkan dalam QS.an-Naml [27]: 16-18.
16. Dan Sulaiman telah mewarisi Dawud, dan dia (Sulaiman) berkata, ”Wahai manusia! Kami telah diajari bahasa burung dan kami diberi segala sesuatu. Sungguh, (semua) ini benar-benar karunia yang nyata.”
17. Dan untuk Sulaiman dikumpulkan bala tentaranya dari jin, manusia dan burung, lalu mereka berbaris dengan tertib.
18. Hingga ketika mereka sampai di lembah semut, berkatalah seekor semut, ”Wahai semut-semut! Masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan bala tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari.” (QS. an-Naml [27]:16-18)

f.     Mu’jizat Nabi Isa as. berupa kemampuan untuk membuat burung dari tanah, menyembuhkan orang buta sejak lahir, menyembuhkan penyakit sopak atau kusta, dan dapat menghidupkan orang yang sudah mati atas izin Allah Swt. Seperti yang digambarkan dalam QS. Ali ‘Imrwn [3]: 49
Dan sebagai Rasul kepada Bani Israil (dia berkata), ”Aku telah datang kepada kamu dengan sebuah tanda (mukjizat) dari Tuhanmu, yaitu aku membuatkan bagimu (sesuatu) dari tanah berbentuk seperti burung, lalu aku meniupnya, maka ia menjadi seekor burung dengan izin Allah. Dan aku menyembuhkan orang yang buta sejak dari lahir dan orang yang berpenyakit kusta. Dan aku menghidupkan orang mati dengan izin Allah, dan aku beritahukan kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan di rumahmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat suatu tanda (kebenaran kerasulanku) bagimu, jika kamu orang beriman.” (QS.Ali ‘Imrwn [3]: 49)

Demikian beberapa ayat Al-Qur’an yang menjelaskan tentang mu’jizat para Nabi dan Rasul sebelum Nabi Muhammad Saw. yang kesemuanya berbentuk mu’jizat pissi.
7.      Keotentikan Al-Qur’an
Allah SWT. menegaskan akan senantiasa menjaga atau memelihara kesucian, kemurniaan dan keotentikan kitab suci Al-Qur’an. Hal ini dapat telah dijelaskan dalam QS.al-Hijr ayat 9.
Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur'an, dan pasti Kami (pula) yang memeliharanya.(QS. al-Hijr [15]: 9)

Sejak diturunkan hingga akhir zaman kelak kemurnian dan kautentikan Al-Qur’an akan senantiasa terjaga. Hal ini disebabkan karena kemu’jizatan yang terkandung di dalam Al-Qur’an itu sendiri, baik dari aspek bahasa dan uslubnya maupun dari aspek isi kandungannya yang memang terbukti tak satupun manusia yang dapat meniru atau mendatang semisal-nya.
Dalam hal terjaganya kemurnian dan keotentikan Al-Qur’an ini, Al-Qur’an mengajukan tantangan terutama kepada orang-orang kafir dan siapapun yang meragukan kebenarannya. Mereka menuduh bahwa Al-Qur’an hanyalah sejenis mantera-mantera tukang tenung dan kumpulan syair-syair. Mereka mengira bahwa Al-Qur’an adalah karangan Nabi Muhammad Saw.  Tantangan Al-Qur’an diberikan secara bertahap yakni sebagai berikut :
a.       Al-Qur’an menantang siapapun yang meragukan kebenaran Al-Qur’an untuk mendatangkan semisalnya secara keseluruhan. Hal ini terkandung dalam QS. at-gyr [52] ayat 33-34.
33. Ataukah mereka berkata, ”Dia (Muhammad) mereka-rekanya.” Tidak! Merekalah yang tidak beriman.
34. Maka cobalah mereka membuat yang semisal dengannya (Al-Qur'an) jika mereka orang-orang yang benar. (QS. at- gyr [52]: 33-34)

Pada ayat lain ditegaskan bahwa manusia (dan jin) tidak akan pernah mampu untuk mendatangkan semisal Al-Qur’an secara keseluruhan. Sebagaimana ditegaskan dalam QS. al-Isra’ [17]: 88.
Katakanlah, Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa (dengan) Al-Qur'an ini, mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengannya, sekalipun mereka saling membantu satu sama lain.. (QS.Al- Isrw’[17]: 88)
b.      Al-Qur’an menantang siapapun yang meragukan kebenaran Al-Qur’an untuk mendatangkan 10 surah semisalnya. Hal ini terkandung dalam QS. Hyd [11] ayat 13
Artinya: Bahkan mereka mengatakan, Dia (Muhammad) telah membuat-buat Al-Qur'an itu.” Katakanlah, (Kalau demikian), datangkanlah sepuluh surah semisal dengannya (Al-Qur'an) yang dibuat-buat, dan ajaklah siapa saja di antara kamu yang sanggup selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.” (QS. Hyd [11] ayat 13)
c.       Al-Qur’an menantang siapapun yang meragukan kebenaran Al-Qur’an untuk mendatangkan satu surah saja semisal Al-Qur’an. Hal ini terkandung dalam QS. al-Baqarah [2] ayat 23.
Artinya: “Dan jika kamu meragukan (Al-Qur'an) yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad), maka buatlah satu surah semisal dengannya dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar. (QS.al-Baqarah [2]: 23).
Dari ketiga tantangan tersebut terbukti bahwa ternyata tidak ada yang dapat mendatangkan atau membuat yang serupa dengan Al-Qur’an, karena memang Al-Qur’an bukan buatan manusia, Al-Qur’an adalah wahyu Allah Swt.
Dari informasi sejarah juga telah terbukti bahwa Al-Qur’an terjaga kemurniannya. Al-Qur’an tidak dapat dipalsukan. Hal ini disebabkan karena banyak diantara umat Islam yang menjaganya dengan kekuatan hafalan mereka. Dan ternyata kekuatan hafalan ini pulalah yang menjadi jaminan penguat dalam menjaga kemurnian dan keotentikan Al-Qur’an tersebut.
Al-Qur’an diturunkan selama lebih kurang 23 tahun secara berangsur-angur. Kala itu banyak sahabat Nabi Saw. yang menghafal Al-Qur’an, di samping juga setiap kali turun ayat, maka ayat tersebut ditulis dalam media yang sangat sederhana, seperti: tulang, batu, pelepah daun kurma, kulit binatang, dan lain-lain. Sehingga pada masa khalifah Usman bin ‘Affan ra. Al-Qur’an dikodifikasi dalam bentuk mushaf, kekuatan hafalanlah yang menjadi satu unsur terpenting dalam menjaga kemurnian dan keotentikan Al-Qur’an. Singkatnya, kemurnian dan keotentikan Al-Qur’an terletak pada kemu’jizatan Al-Qur’an yang tidak bisa ditiru oleh siapapun, dan adanya kekuatan hafalan orang-orang Islam yang juga berperan dalam menjaga keotentikannya. Sejarahpun telah membuktikannya.




Sumber : Mukarom Faisal Rosidin, dkk. 2013. AL-QUR’AN HADIS Untuk Kelas X Madrasah Aliyah IPA, IPS, Bahasa. Bandung: KEMENTERIAN AGAMA RI.


2 komentar:

  1. Banyak banget pa itu ditulis semua

    BalasHapus
  2. Terima kasih kaka, sangat membantu, semoga tambah sukses kedepannya

    BalasHapus

Cari Blog Ini