Minggu, 06 Mei 2018

BAB IV Pokok-Pokok Isi Kitab-ku

BAB IV
POKOK-POKOK ISI KITAB-KU

Isi kandungan Al-Qur’an itu selanjutnya dapat digali dan dikembangkan menjadi berbagai bidang. Dalam bab ini akan diuraikan isi kandungan Al-Qur’an secara garis besar yaitu meliputi :
1.      Akidah
Secara etimologi akidah berarti kepercayaan atau keyakinan. Bentuk jamak Akidah (‘Aqidah) adalah aqa’id. Akidah juga disebut dengan istilah keimanan. Orang yang berakidah berarti orang yang beriman (mukmin). Akidah secara terminologi didefinisikan sebagai suatu kepercayaan yang harus diyakini dengan sepenuh hati, dinyatakan dengan lisan dan dimanifestasikan dalam bentuk amal perbuatan.  Akidah Islam adalah keyakinan berdasarkan ajaran Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan hadis. Seorang yang menyatakan diri berakidah Islam tidak hanya cukup mempercayai dan meyakini keyakinan dalam hatinya, tetapi harus menyatakannya dengan lisan dan harus mewujudkannya dalam bentuk amal perbuatan (amal shalih) dalam kehidupannya sehari-hari.
Inti pokok ajaran akidah adalah masalah tauhid, yakni keyakinan bahwa Allah Maha Esa. Setiap muslim wajib meyakini ke-Maha Esa-an Allah. Orang yang tidak meyakini ke-Maha Esa-an Allah berarti ia kafir, dan apabila meyakini adanya Tuhan selain Allah dinamakan musyrik. Dalam akidah Islam, di samping kewajiban untuk meyakini bahwa Allah itu Esa, juga ada kewajiban untuk meyakini rukun-rukun iman yang lain. Tidak dibenarkan apabila seseorang yang mengaku berakidah/beriman apabila dia hanya mengimani Allah saja, atau meyakini sebagian dari rukun iman saja. Rukun iman yang wajib diyakini tersebut adalah: iman kepada Allah Swt, iman kepada malaikat-malaikat Allah, iman kepada kitab-kitab Allah, iman kepada rasul-rasul Allah, iman kepada hari akhir, dan iman kepada qaia’ dan qadar.
Al-Qur’an banyak menjelaskan tentang pokok-pokok ajaran akidah yang terkandung di dalamnya, di antaranya adalah sebagai berikut :
a. (QS. al-Ikhlas [112]: 1-4):
1. Katakanlah (Muhammad), Dialah Allah, Yang Maha Esa
2. Allah tempat meminta segala sesuatu.
3. (Allah) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan.
      4. Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia.”

b.   (QS. al-Baqarah [2]: 163)
   Artinya: “Dan Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada tuhan selain Dia, Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.
c.  (QS. al-Baqarah [2]: 285)
 Artinya: “Rasul (Muhammad) beriman kepada apa yang diturunkan kepadanya (Al-Qur'an) dari     Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semua beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka berkata), Kami tidak membeda-bedakan seorang pun dari rasul-rasul-Nya.” Dan mereka berkata, ”Kami dengar dan kami taat. Ampunilah kami Ya Tuhan kami, dan kepada-Mu tempat (kami) kembali.”
2.        Ibadah dan Muamalah
Ibadah berasal dari kataعِبَادَةً /عَبَدَ – يَعْبُدُ – عَبْدًا  artinya mengabdi atau menyembah. Yang dimaksud ibadah adalah menyembah atau mengabdi sepenuhnya kepada Allah Swt. dengan tunduk, taat dan patuh kepada-Nya. Ibadah merupakan bentuk kepatuhan dan ketundukan yang ditimbulkan oleh perasaan yakin terhadap kebesaran Allah Swt., sebagai satu-satunya Tuhan yang berhak disembah. Karena keyakinan bahwa Allah Swt. mempunyai kekuasaan mutlak.
Dalam Al-Qur’an dijelaskan bahwa tujuan penciptaan jin dan manusia tidak lain adalah untuk beribadah kepada Allah Swt. Firman Allah Swt:
Artinya: “Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku. (QS. ak- jariyat [51] : 56)
Manusia harus menyadari bahwa dirinya ada karena diciptakan oleh Allah Swt., oleh sebab itu manusia harus sadar bahwa dia membutuhkan Allah Swt. Dan kebutuhan terhadap Allah itu diwujudkan dengan bentuk beribadah kepada-Nya. Hanya kepada-Nya manusia menyembah dan meminta pertolongan. Sebagaimana firman Allah:
Artinya: “Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan.” (QS. al-Fatihah [1]: 5)
Ibadah dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu : ibadah mahiah dan ghairu mahiah. Ibadah mahiah artinya ibadah khusus yang tata caranya sudah ditentukan, seperti: shalat, puasa, zakat dan haji. Sedangkan ibadah ghairu mahiah artinya ibadah yang bersifat umum, tata caranya tidak ditentukan secara khusus, yang bertujuan untuk mencari ridha Allah Swt., misalnya: silaturrahim, bekerja mencari rizki yang halal diniati ibadah, belajar untuk menuntut ilmu, dan sebagainya.
Selain beribadah kepada Allah Swt. karena kesadaran manusia sebagai makhluk ciptaan Allah Swt., manusia juga memiliki kecenderungan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya bersama manusia lainnya. Maka Al-Qur’an tidak hanya memberikan ajaran tentang ibadah sebagai wujud kebutuhan manusia terhadap Allah Swt. (حَبْلٌ مِنَ اللهِ), tetapi juga mengatur bagaimana memenuhi kebutuhan dalam hubungannya dengan manusia lain (حَبْلٌ مِنَ النَّاسِ). Misalnya: sillaturrahim, jual beli, hutang piutang, sewa menyewa, dan kegiatan lain dalam kehidupan bermasyarakat. Kegiatan dalam hubungan antar manusia ini disebut dengan mu’amalah.
Dalam Al-Qur’an banyak ditemukan ajaran tentang tata cara bermu’amalah, antara lain:
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu melakukan utang piutang untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar....” (QS. al-Baqarah [2]: 282)
3.      Akhlak
Akhlak (اَخْلاَقٌ) ditinjau dari segi etimologi merupakan bentuk jama’ dari kata (خُلُق) yang berarti perangai, tingkah laku, tabiat, atau budi pekerti. Dalam pengertian terminologis, akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia yang muncul spontan dalam tingkah laku hidup sehari-hari.
Dalam konsep bahasa Indonesia, akhlak semakna dengan istilah etika atau moral. Akhlak merupakan satu fundamen penting dalam ajaran Islam, sehingga Rasulullah Saw. menegaskan dalam sebuah hadis bahwa tujuan diutusnya beliau adalah untuk memperbaiki dan menyempurnakan akhlak mulia.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ صَالِحَ الْأَخْلَاقِ )رواه احمد(
“Dari Abu Hurairah berkata; Rasulullah Saw. bersabda: "Bahwasanya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik. (HR.  Ahmad)
      Nabi Muhammad Saw. adalah model dan suri tauladan bagi umat dalam bertingkah laku dengan akhlak mulia (karimah). Al-Qur’an merupakan sumber ajaran tentang akhlak mulia itu. Dan beliau merupakan manusia yang dapat menerapkan ajaran akhlak dari Al-Qur’an tersebut menjadi kepribadian beliau. Sehingga wajarlah ketika Aisyah Ra. ditanya oleh seorang sahabat tentang akhlak beliau, lalu Aisyah ra. menjawab dengan menyatakan كَانَ خُلُقُهُ الْقُرْءَانُ (akhlak beliau adalah Al-Qur’an).
Ayat-ayat Al-Qur’an yang menyatakan tentang ajaran akhlak Nabi Muhammad Saw. antara lain adalah :
a.    Artinya:Dan sesungguhnya engkau benar-benar, berbudi pekerti yang luhur. (QS. al-Qalam [68]: 4).

b.    Artinya:“Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah. (QS. al-Ahzab [33]: 21)
4.      Hukum
Hukum sebagai salah satu isi pokok ajaran Al-Qur’an berisi kaidah-kaidah dan ketentuan-ketentuan dasar dan menyeluruh bagi umat manusia. Tujuannya adalah untuk memberikan pedoman kepada umat manusia agar kehidupannya menjadi adil, aman, tenteram, teratur, sejahtera, bahagia, dan selamat di dunia maupun di akhirat kelak.
Sebagai sumber hukum ajaran Islam, Al-Qur’an banyak memberikan ketentuan-ketentuan hukum yang harus dijadikan pedoman dalam menetapkan hukum baik secara global (mujmal) maupun terperinci (tafsil). Beberapa ayat-ayat Al-Qur’an yang berisi ketentuan hukum antara lain adalah :
Artinya:Sungguh, Kami telah menurunkan Kitab (Al-Qur'an) kepadamu (Muhammad) membawa kebenaran, agar engkau   mengadili antara manusia dengan apa yang telah diajarkan Allah kepadamu, dan janganlah engkau menjadi penentang (orang yang tidak bersalah), karena (membela) orang yang berkhianat” (QS. an-Nisa’ [4]: 105)
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya minuman keras, berjudi, (berkurban untuk) berhala, dan mengundi nasib dengan anak panah, adalah perbuatan keji dan termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah (perbuatan-perbuatan) itu agar kamu beruntung.” (QS. al-Maidah [5]: 90)
Ketentuan-ketentuan hukum lain yang dijelaskan dalam ayat-ayat Al-Qur’an adalah meliputi :
a).   Hukum perkawinan, antara lain dijelaskan dalam QS. al-Baqarah: 221; QS. al-Maidah: 5; QS.an-Nisa’: 22-24; QS.an-Nur: 2; QS. al-Mumtahanah:10-11.
b).   Hukum waris, antara lain dijelaskan dalam QS. an-Nisw’: 7-12 dan 176, QS. al-Baqarah:180; QS. al-Maidah:106
c).    Hukum perjanjian, antara lain dijelaskan dalam QS. al-Baqarah: 279, 280 dan 282; QS. al-Anfal: 56 dan 58; QS. at-Taubah: 4
d).   Hukum pidana, antara lain dijelaskan dalam QS. al-Baqarah: 178; QS. an-Nisw’: 92 dan 93; QS. al-Maidah: 38; QS. Yynus: 27; QS. al-Isrw’: 33; QS. asy-Syu’ara: 40
e).   Hukum perang, antara lain dijelaskan dalam QS. al-Baqarah: 190-193; QS. al-Anfal: 39 dan 41; QS. at-Taubah: 5,29 dan 123, QS. al-Hajj: 39 dan 40
f).      Hukum antarbangsa, antara lain dijelaskan dalam QS. al-Hujurwt: 13
5.      Sejarah / Kisah Umat Masa Lalu
Al-Qur’an sebagai kitab suci bagi umat Islam banyak menjelaskan tentang sejarah atau kisah umat pada masa lalu. Sejarah atau kisah-kisah tersebut bukan hanya sekedar cerita atau dongeng semata, tetapi dimaksudkan untuk menjadi ‘ibrah (pelajaran) bagi umat Islam. Ibrah tersebut kemudian dapat dijadikan dapat menjadi petunjuk untuk dapat menjalani kehidupan agar senantiasa sesuai dengan petunjuk dan keridhaan Allah Swt.
Artinya: "Sungguh, pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang yang mempunyai akal. (Al-Qur'an) itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya, menjelaskan segala sesuatu, dan (sebagai) petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman." (QS. Yysuf [12]: 111).
Al-Qur’an telah banyak menggambarkan umat-umat terdahulu baik yang iman dan taat kepada Allah Swt. maupun yang ingkar dan ma’siat kepada-Nya. Diharapkan dengan memperhatikan kisah umat terdahulu, umat Islam bisa mencontoh umat-umat yang taat kepada Allah Swt. dan menghindari perbuatan ma’siat kepada-Nya. Bagi umat yang beriman dan taat kepada Allah Swt., Allah Swt. telah memberikan kebaikan dan keberkahan dalam hidup mereka, sebaliknya bagi yang ingkar dan ma’siat kepada-Nya, Allah Swt telah memberikan azab-Nya.
Ayat-ayat Al-Qur’an yang menjelaskan tentang sejarah atau kisah umat terdahulu antara lain :
Artinya:
37. “Dan (telah Kami binasakan) kaum Nuh ketika mereka mendustakan para rasul. Kami tenggelamkam mereka dan Kami jadikan (cerita) mereka itu pelajaran bagi manusia. Dan Kami telah sediakan bagi orang-orang zalim azab yang pedih;
38. dan (telah Kami binasakan) kaum ‘Ad dan Samūd dan penduduk Rass serta banyak (lagi) generasi di antara (kaum-kaum) itu.
39. Dan masing-masing telah Kami jadikan perumpamaan dan masing-masing telah Kami hancurkan sehancur-hancurnya.” (QS. al-Furqan [25]: 37-39)
6.      Dasar-dasar Ilmu Pengetahuan (Sains) Dan Teknologi
Al-Qur’an adalah kitab suci ilmiah. Banyak ayat yang memberikan isyarat-isyarat ilmu pengetahuan (sains) dan teknologi yang bersifat potensial untuk kemudian dapat dikembangkan guna kemaslahatan dan kesejahteraan hidup manusia. Allah Swt. yang Maha memberi ilmu telah mengajarkan kepada umat manusia untuk dapat menjalani hidup dan memenuhi kebutuhan hidupnya dengan baik. Al-Qur’an menekankan betapa pentingnya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal itu diisyaratkan pada saat ayat Al-Qur’an untuk pertama kalinya diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. yaitu QS. al-‘Alaq: 1-5 :
Artinya:
1.   Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan,
2.   Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3.   Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Mahamulia,
4.   Yang mengajar (manusia) dengan pena.
5.   Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.  (QS. al-‘Alaq [96]: 1-5)
Ayat yang pertama kali diturunkan tersebut diawali dengan perintah untuk membaca. Membaca adalah satu faktor terpenting dalam proses belajar untuk menguasai suatu ilmu pengetahuan. Ini mengindikasikan bahwa Al-Qur’an menekankan betapa pentingnya membaca dalam upaya mencari dan menguasai ilmu pengetahuan.
Ayat lain yang berisi dorongan untuk menguasai ilmu pengetahuan juga dijelaskan dalam QS. al-Mujadilah ayat 11.
Artinya: “….niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan..” (QS. al-Mujwdilah/58: 11).
Al-Qur’an banyak mendorong umat manusia untuk menggali, meneliti dan mengembangkan isyarat-isyarat ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kepentingan dan kesejahteraan hidupnya. Isyarat-isyarat ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut diantara berkenaan dengan ilmu kedokteran, farmasi, pertanian, matematika, fisika, kimia, biologi, ilmu anatomi tubuh, teknologi perkepalan, teknologi pesawat terbang, dan lain sebagainya.
Hal penting untuk diingat bahwa dalam kurun waktu sejarah umat manusia, Islam telah melahirkan banyak cendekiawan muslim yang telah berhasil menemukan berbagai bidang ilmu pengetahuan dan teknologi berkat ketelitian mereka dalam menggali isyarat ilmu pengetahuan dalam Al-Qur’an. Di antara cendekiawan-cendekiawan muslim tersebut ialah: Ibnu Rusyd, Al-Farabi, Ibnu Sina, Ibnu Maskawaih, Al-Khawarizmi, dan lain-lain. Bahkan penemuan-penemuan ilmu pengetahuan yang mereka hasilkan telah banyak mengilhami bangsa barat dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi modern yang berkembang hingga saat ini.
7.        Perilaku Orang yang menjadikan Al-Qur'an sebagai Pedoman dalam Kehidupan Sehari-hari.
Al-Qur`an adalah wahyu Allah terakhir kepada umat manusia. Kitab suci ini mengandung semua kunci untuk membuka pengetahuan Allah yang tidak terbatas (Q.S. Al-Kahfi [18]:109). Al-Qur`an adalah petunjuk Allah bagi orang yang bertakwa dan tidak ada keraguan di dalamnya. (QS. Al-Baqarah [2]: 2).
Orang yang menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman dalam hidupnya selalu mempelajari Al-Qur’an. Dengan mempelajari Al-Quran, seseorang akan terlepas dari kebodohan dan kesesatan dalam mengarungi kehidupan ini. Dengan Al-Quran, hati akan lembut dan terhindar dari penyakit-penyakit hati atau ruhani. Dada akan senantiasa lapang dan luas dalam menerima petunjuk-petunjuk dan titah-titah ketuhanan. Akal pikiran menjadi cerdas dan terbebas dari kesesatan berpikir picik dan dangkal. Perilaku akan terhindar dari gerak jiwa yang dapat mendatangkan petaka dan kerugian bagi diri, orang lain maupun linkungannya. Seluruh aktivitas diri akan senantiasa terarah dari dan menuju kebenaran. Rasulullah Saw. bersabda : “Sebaik-baik manusia adalah siapa yang belajar Al-Quran dan mengajarkannya kepada orang lain”. (H.R. Bukhari dari Usman ibn `Affan Ra).
Al-Qur’an merupakan jaring yang ditebarkan oleh Yang Maha Tunggal untuk menarik kaum pria dan wanita yang tersesat di dalam dunia ini agar kembali kepada sumber Ilahi mereka. Al-Qur`an adalah peta dan petunjuk kehidupan. Hidup dalam sinaran petunjuk Al-Qur’an dan mematuhi ketentuan-ketentuannya merupakan kunci untuk mendapatkan keselamatan dan kebahagiaan, baik di dunia maupun di akhirat.
Untuk bisa hidup dalam sinaran petunjuk Al-Quran, manusia haruslah melakukan iqra’. Iqra` terambil dari akar kata qara`a yang berarti “menghimpun”,  sehingga tidak harus selalu diartikan “membaca teks tertulis dengan aksara tertentu”.  Dari “menghimpun” lahir aneka ragam makna, seperti menyampaikan, menelaah, mendalami, meneliti, mengetahui ciri sesuatu , dan membaca, baik teks tertulis maupun tidak.
Melakukan iqra` terhadap Al-Quran berarti kita melakukan aktivitas membaca, menelaah, menganalisa, memahami, mendalami, menyelami, mengamalkan dan mengambil hikmah dalam kehidupan. Aktivitas ini merupakan perpaduan antara kinerja qalbu (hati) dan akal.
            Membaca teks Al-Quran adalah aktivitas awal dan fondasi awal dalam melakukan iqra`. Aktivitas ini meliputi mengenal huruf Al-Qur’an dan cara mengucapkannya; cara membacanya, memanjangkan yang seharusnya dibaca panjang dan memendekkan yang seharusnya dibaca pendek (tajwid Al-Qur’an).
Aktivitas membaca teks yang sudah benar mengantarkan pembacanya untuk tahapan selanjutnya yaitu menelaah, memahami, menganalisa, dan mendalami Al-Quran. Aktivitas ini dimulai dengan mempelajari makna kata-kata Al-Quran, atau apa yang biasa disebut dengan belajar tarjamah Al-Quran. Setelah mengerti makna tiap-tiap kata dari ayat Al-Quran, maka langkah selanjutnya adalah mencoba menafsirkankan dengan bantuan atau rujukan kepada kitab-kitab tafsir yang ada sebagai upaya dari proses “menelaah, memahami, menganalisa, dan mendalami” Al-Qur’an.
Setelah proses pertama dan kedua selesai, maka proses ketiga adalah mengamalkan dan menjadikannya akhlak dalam kehidupan sehari-hari. Proses ini sering disebut sebagai upaya untuk “membumikan” Al-Quran. Al-Quran tidak lagi hanya kumpulan teks atau firman Tuhan yang terdiri dari 30 Juz dan 114 Surah, tetapi merupakan sumber inspirasi dan pedoman hidup manusia dalam mengarungi kehidupan mereka. Al-Quran tidak lagi hanya sebagai ajaran yang melangit tetapi sudah membumi lewat umat Islam yang akhlak dan perilakunya sesuai dengan ajaran Al-Qur’an.



Sumber : Mukarom Faisal Rosidin, dkk. 2013. AL-QUR’AN HADIS Untuk Kelas X Madrasah Aliyah IPA, IPS, Bahasa. Bandung: KEMENTERIAN AGAMA RI.

1 komentar:

Cari Blog Ini